Selasa, 03 Agustus 2010

seni pertunjukan Akar Palembang



TENTANG LAKON

Sebuah performance text ( teks pertunjukan). AKAR adalah Teks simbolik yang berakar pada masa Kejayaan, keagungan serta kemakmuran Kerajaan Sriwijaya yang tumbuh dan berkembang disanubari sejarah. Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu Kerajaan penting di zaman Indonesia purba. Kejayaan Kerajaan Sriwijaya kini tinggalah kenangan yang digoreskan lewat sejarah.
Sebuah potret kehidupan lengkap dengan aktualitas dan motif yang menandai dirinya ( Sriwijaya) namun tak berdaya dengan cengkraman bayang-bayang “gaib” yang menguasai dan merenggutnya.
Kelahiran baru masa depan yang sama sekali tak mampu menyingkap rahasia hidup Sriwijaya tetapi nilai-nilai primodialnya ataupun kearifan lokalnya masih bisa dirasakan oleh masyarakat Sumatera Selatan sampai saat ini.
Teranglah “ penyusup” sesungguhnya dalam lakon ini adalah arus perputaran kehidupan dan “kebutaan” yang sadar yang ditarikan oleh seorang penari inti adalah perlambang dari sebuah dunia yang lenyap tertelan belantara gelap, ketidaktahuan dan pupusnya keyakinan. Ketangkasan Visi Intuitisi sang penari meleleh sampai suatu saat “mereka” hanya terbaca dan diraba lewat “sisa-sisa”.

GAMBARAN PERTUNJUKAN
Gimmick&eksposisi ( pemaparan cerita)

Set panggung kapal armada laut Sriwijaya (property ini adalah symbol kejayaan zaman Sriwijaya, kehidupan ini menjadi flashback masa lalu yang kini ada di dalam tanah). Akar menambah aksen bahwa kapal armada laut Sriwijaya kini ada di dalam tanah.(Suasana tersebut digambarkan dengan suasana yang hening, dengan lampu yang redup).
Proyektor menyala menjelaskan dengan gambar-gambar masa-masa kejayaan Sriwijaya.
Masuk pembawa warta menjelaskan makna intrinsik dan ekstrinsik yang tergambar pada setting property panggung dan cerita yang akan berlangsung.(3 menit)
Pembawa warta hampir selesai dalam tugasnya 5 orang penari akar masuk pada posisi (bloking area) lalu pose dan musik opening masuk. Dan...
Inciting-action ( pengembangan paparan )
5 orang penari akar menarikan tariannya, pada ujung tarian akar ada posisi berputar, Muncul satu orang penari yang menyimbolkan kehidupan Kerajaan Sriwijaya (performance Bunda Elly Rudi). Penari menarikan tariannya sebagai ruh Sriwijaya yang menggambarkan suasana kehidupan Sriwijaya yang agung. Ujung dari tarian ini ada di atas kapal armada laut Sriwijaya (4 menit)
Seiring dengan tarian ruh, panggung mulai berubah dengan mengambarkan kehidupan lainnya.( guns smoke) Sriwijaya digambarkan lewat gerak teatrikal Raja dan prajrit-prajurit yang tangguh dalam adegan kapal yang menggambarkan kekuasaan dan kejayaan Sriwijaya menaklukkan perompak (Raja dan prajurit bergerak masuk panggung, sebelum Raja masuk ada sekelompok prajurit lainnya yang menarikan tarian-tarian dengan aksen seperti sedang berperang ), mereka menyimbolkan seperti meluaskan daerah kekuasaannya dan menciptakan Sriwijaya yang aman (lalu Raja ditengah panggung pose). Penari ruh mengelilingi Raja dan prajurit yang sedang pose dan penari ruh bergerak keluar panggung (4 menit)
(Masih Raja dan prajurit) dan gambar laininya adalah masyarakat Sriwijaya sebagai gambaran kehidupannya.
Kapal perdaganggan datang dengan gerak teatrikal orang asing (cina, para musafir arab), Raja menerima kedatangan tamu-tamu dengan tari-tarian penghormatan yang bersifat profan mengambarkan kejayaan zaman hindu budha. Mereka membawa barang-barang mewah untuk dijual ke bangsawan Sriwijaya berupa kain-kain halus dan sutra bermutu tinggi dari cina dan perhiasan dari logam, emas, perak dan perunggu mereka berkunjung untuk berdagang dan mengamati kegiatan perdagangan yang makin ramai di Sriwijaya timbal-baliknya menyebabkan barang bumi Sriwijaya juga laku di pasar dunia seperti gading gajah, kulit penyu, emas dan perak. (4 menit)
Raja di hari jadinya raja membuang emas.(1 menit)
Conflication ( penggawatan dari peningkatan eksposisi dan inciting-action) .
Tiba-tiba lampu redup dengan suara petir/kilat, muncul performance Bunda Elly Rudi dengan wajah tua dengan tarian diiringi detik jarum jam. Sebuah potret kehidupan lengkap dengan aktualitas dan motif yang menandai dirinya (Sriwijaya) namun tak berdaya dengan cengkraman bayang-bayang “gaib” yang menguasai dan merenggutnya (adalah gerak teatrikal oleh ario sebagai lawan imajinatif).
Climax ( tahapan peristiwa dramatic yang di bangun oleh conflication. Tahap ini melibatkan tahap-tahap yang berlawanan antara penari inti dengan “penyusup” yang digerakkan oleh orang-orang dengan kain-kain untuk menghilangkan keberadaan penari mewujudkan proses kristalisasi pada penari)
“ Penyusup” disekitar Bunda Elly Rudi, sesungguhnya dalam lakon ini adalah arus modernitas, yaitu masyarakat yang mulai meniggalkan nilai keasliannya dan “kebutaan” yang sadar dari masyarakatnya sendiri (gambaran realitas kehidupan sekarang), Kelahiran baru masa depan yang sama sekali tak mampu menyingkap rahasia hidup Sriwijaya (4 menit)
Sang penari inti adalah perlambang dari sebuah dunia yang lenyap tertelan belantara gelap, karena ketidaktahuan dan pupusnya keyakinan. Ketangkasan Visi Intuitisi sang penari meleleh sampai suatu saat “mereka” hanya terbaca dan diraba lewat “sisa-sisa” (proyektor, gambar-gambar Palembang saat ini dan peninggalan Sriwijaya) menandakan bahwa nilai-nilai primodialnya ataupun kearifan lokalnya masih bisa dirasakan oleh masyarakat Sumatera Selatan sampai saat ini.(3menit)


Resolusi

Panggung mengambarkan kehidupan lainnya Sriwijaya digambarkan lewat prajrit-prajurit Sriwijaya yang tangguh diatas kapal dan sekitarnya, kini mereka orang-orang berdebu tak bergerak disekitar kapal yang karam. Akar melilit tubuhnya.(2 menit)
Conclusion
Aktivitas masyarakat Palembang saat ini.

Jumat, 11 Juni 2010

Pementasan di TVRI Stasiun Palembang

Komunitas Akar Palembag tanggal 14 Juni 2010 mengadakan pentas budaya nusantara mengambil tema Sriwijaya Tempo dulu. sebuah gambaran kejayaan kerajaan Sriwijaya yang sangat termashur sampai kemancanegara, hingga menjelang keruntuhan kerajaan Sriwijaya. pada pementasan ini mengambil sisi kebudayaan Sriwijaya yang mulai di tinggalkan pada era sekarang, kurang dan minimnya apresiasi terhadap pelestarian seni tradisi.membuat kemasyuran Sriwijaya melemah.semua tak terlepas dari tidak akuratmya data-data peninggalan kerajaan Sriwijaya yang di jadikan sebagai dasar yang mutlak.yang tersisa hanyalah puing-puing kecil.

Kamis, 03 Juni 2010

Pementasan di PTC Palembang

Komunitas Akar Palembang mengisi acara yang di selenggarakan oleh Universitas Untara Malaysia di Palembang Tade Center, yang mengambil tajuk "Kejayaan Sriwijaya Tempo Dulu". penampilan yang berdurasi selama kurang lebih satu jam cukup memikat penonton yang memadati areal pusat perbelanjaan di Palembang.
Acara ini adalah sebagai ajang promosi belajar ke Malaysia, dengan sasaran pengunjung yang akan berminat ingin belajar ke Malaysia.Penampilan Ibu Ely Rudy sebagai icon wanita tradisi Palembang sangat memukau di sela-sela teater Sendratari yang di bawakan oleh anak-anak Komunitas Akar.
Diharapkan Komunits Akar akan terus berkembang dan mendapat tempat seperti komunitas-komunitas seni yang ada di Palembang. Maju terus Akar Semangattt!!!